Home » » MENDIDIK ANAK DENGAN METODE ISLAM

MENDIDIK ANAK DENGAN METODE ISLAM

Written on Saturday, January 25, 2014 | 7:26 AM


sumber gambar dari mutiara-hikmah-islam-blogspot.com

Keinginan penulis untuk berbagi cara mendidik anak berdasarkan metode Islami (berdasarkan contoh dari Rasulullah SAW) berawal dari kesulitan saya pribadi menemukan sumber-sumber referensi yang menyeluruh mencakup pendidikan anak berdasarkan islam. Kebanyakan buku dan referensi yang ada sifatnya parsial dan belum dapat memenuhi apa yang saya cari untuk menjadi orang tua yang dapat membimbing anak menuju hakikat sejatinya sebagai hamba Allah SWT. Sebagai orang tua dan sebagai pemeluk agama islam saya ingin mendidik anak saya menjadi “manusia” yang tidak hanya memiliki bekal di dunia tapi juga bekal di hari penghakiman nanti.

Setelah mencari-cari akhirnya saya menemukan beberapa referensi yang dapat memuaskan dahaga saya tentang bagaimana mendidik anak dengan mencontoh Rasulullah SAW. Berikut ini saya bahas metodenya. Namun terlebih dahulu saya mengingatkan bahwa sebelum kita menerapkan pendidikan continiu ala islami kepada anak anak kita, kitalah terlebih dahulu yang harus menerapkan pada diri kita sendiri karena sejatinya mendidik anak adalah dengan teladan tidak hanya dengan perintah dan nasehat sebagaimana pepatah mengatakan “Tindakan lebih Kuat dari perkataan “ dan seperti itu pulalah metode yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mendidik generasi emas Islam di masa lampau.

BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
LETS BEGIN:

Mendidik anak dengan metode islam adalah metode holistik yang mencakup pendidikan anak secara lahir maupun rohani yang dilakukan secara kontiniu dan penuh dengan kesabaran melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan usia anak. secara garis besar dilakukan dalam empat Tahapan yaitu:
  1. Pra Kelahiran (Perencanaan sejak masih dalam sulbi ayahnya dan dalam kandungan)
  2. Bayi (0-3 tahun)
  3. Kanak-Kanak (4-10 tahun)
  4. Remaja (10-14 tahun)
BAGIAN PERTAMA : PRA KELAHIRAN 

A. Perencanaan sejak masih dalam sulbi ayahnya.

Sesungguhnya anak itu adalah amanah dari Allah SWT sekaligus ujian bagi kedua orang tuanya, karenanya jika kita ingin lulus dalam ujian tersebut maka dari awal kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang dapat membimbing buah hati kita menjadi anak yang berguna dan berbuat kebaikan didunia sehingga dapat membawa orang tuanya bukan hanya bangga tapi juga menjadi berkah didunia dan akhirat. Insya Allah…
Rasulullah SAW memberikan petunjukkepada kaum muslimin agar melakukan hal-hal yang menghasilkan kemaslahatan bagi anak-anak mereka pada masa mendatang termasuk dalam hal ini sejak anak masih dalam sulbi ayahnya kita telah diberikan tuntunan oleh Rasulullah agar berdoa memohon perlindungan Allah agar anak keturunan kita di jauhkan dari gangguan setan yang terlaknat. Sebagaimana sabda beliau:
“ Seandainya salah seorang diantara kalian sebelum menggauli istrinya berdoa:
Artinya:
‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau anugrahkan kepada kami ‘
“Lalu dari keduanya lahir anak, maka setan tidak akan menggangunya selamanya”
Dalam hadis diatas dapat kita ketahui bahwa sejak awal permulaan (perencanaan), tujuan dari persenggamaan adalah demi melanjutkan keturunan atas nama Allah dengan memohon perlindungan-Nya agar anak anak kita dilindungi dari syaitan yang dapat menyesatkan mereka dalam kehidupannya di dunia nanti.

Bahkan sebelum kita mengetahui akan memiliki anak kita dianjurkan berdoa untuk kemaslahatan mereka dunia, karena memulai dengan niat yang baik dan mengawali dengan basmalah mengandung pengertian bahwa Islam menginginkan kita mendapatkan keturunan yang utama dan jauh dari pengaruh syaitan sehingga kelak jika kita benar-benartelah dianugrahi anak oleh Allah SWT, anak-anak kita dapat menjadi manusia muslim yang membawa kebaikan didunia dan di akhirat, menjadi orang yang berbuat kemaslahatan dan jauh dari berbuat kerusakan sebagaimana yang senantiasa di kampanyekan oleh setan laknatullah.

B. Dalam kandungan.

Islam sangat memperhatikan anak sejak masih dalam kandungan, adapun bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah kewajiban suami untuk menafkahi wanita yang sedang hamil meskipun telah ditalak tiga. Seorang wanita yang telah ditalak tiga secara syariat adalah wajib berpisah dengannya dan menjadi wanita lain (bukan muhrim). Ia sudah tidak memiliki hak untuk mendapatkan nafkah atau naungan dari suaminya dalam bentuk apapun. Namun jika wanita tersebut dalam keadaan hamil saat ditalak tiga, menurut kesepakatan semua ulama maka ia masih berhak mendapatkan nafkah dari suaminya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
Artinya:


‘….dan jika mereka(istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin.’ (Ath-Thalaq:6)
Kewajiban suami menafkahi tersebut meskipun telah jatuh talak tidak lain adalah demi anak yang sedang dikandung. Demi menjamin kebutuhan wanita yang sedang hamil sehingga kebutuhan tumbuh kembang anak yang ada dalam kandungannya dapat terpenuhi sampai dengan persalinan. Ibnu Qudamah berkata, “Karena anak/bayi yang dikandung adalah anaknya (mantan suami) maka iapunwajib menafkahi. Karen pemberian nafkah hanya mungkin dilakukan melalui ibunya maka member nafkah pada ibunya menjadi wajib seperti halnya dengan upah menyusui”.

Perhatian lain kepada bayi dalam kandungan oleh agama Islam adalah menjaganya dari hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan selama dalam kandungan. Olehnya ibu yang sedang hamil, jika memiliki kehawatiran yang mendasar (mis:memiliki penyakit tertentu atau kondisi tertentu) dibolehkan tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan. Posisinya sama dengan orang yang sedang sakit atau sedang dalam perjalanan.

Perhatian lain yang diberikan oleh Islam terhadap anak yang masih dalam rahim ibunya adalah penangguhan hukuman untuk ibunya yang dapat kita lihat dari kisah berikut :

KISAH WANITA YANG HAMIL AKIBAT ZINAH
Imran Bin Husein mengisahkan bahwa pernah ada wanita hamil setelah bersinah dari kalangan Bani Juhainah datang kepada Nabi SAW. Ia berkata: “Wahai Nabi Allah, Aku telah melakukan pelanggaran yang berkaitan hukuman Had. Sudilah kiranya engkau menegakkan hukuman itu terhadap diriku’. Setelah mendengar pengakuan itu , NAbi SAW memanggil wali si wanita tersebut, lalu bersabdakepadanya: “Rawatlah ia dengan baik. Bila ia telah melahirkan, Bawalaha ia kepadaku kembali”
Mendengar sabda Nabi SAW, maka wali dari perempuan itupun melaksanakannya. Setelah melahirkan wanita tersebut dibawa kembali dihadapan Rasulullah SAW. Nabi kemudian memerintahkan agar wanita tersebut diikat dengan kainnya. Kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut di rajam. Setelah selesai hukuman Had dan jenazahnya diurus, Nabi SAW menshalatkannya.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim, seorang wanta dari Bani Ghamidiyah mengaku telah berbuat zina dan meminta kepada rasulullah agar menegakkan hukuman had terhadap dirinya. Nabi SAW bersabda kepadanya, ‘Pulanglah, tungguhingga engkau melahirkan”
Setelah melahirkan, wanita itu dating membawa bayinya di balutan kain. Ia berkata ‘Ini Bayinya, aku telah melahirkan” Nabi SAW bersabda “Pulanglah dan susuilah ia hingga ia kau sapih”. Setelah wanita itu menyapih bayinya, Ia datang lagi dengan membawa bayinya yang memegang sepotong roti di tangannya. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Bayi ini telah saya sapih dan sudah bisa makan sendiri”. Nabi SAW pun menyerahkan bayi itu kepada salah seorang sahabat, kemudian memerintahkan agar dibuat galian samapai batas dada untuk wanita itu. Beliau lalu memerintahkan kepada orang-orang untuk merajamnya. Merekapun merajamnya.

Dari penjelasan dan kisah diatas kita dapat melihat betapa pentingnya posisi seorang anak dalam Islam sehingga sebelum kita dapat mendidiknya secara langsung,kita telah dituntun dan dituntut untuk memenuhi kebutuhan lahiriah bayi melalui nafkah kepada ibunya yang sedang mengandungnya. Juga bagaimana keselamatan bayi mesti dijaga sejak dalam rahim ibunya. Hal itu kembali menunjukkan bahwa Islam menghendaki agar bayi keluar dari rahim ibunya dalam kedaan terpenuhi kebutuhannya dan terjamin keselamatannya sehingga kelak dapat menjadi anak yang sehat, kuat dan cerdas. Kelak hal ini akan menjadi modal dasar bagi mereka untuk masuk dalam tahap pendidikan sehingga mereka dapat dengan mudah belajar dan memahami hal-hal yang di ajarkan kepada mereka guna menjadi generasi Islam berikutnya.

Bibit Yang Baik Dapat Tumbuh Menjadi Tanaman Yang Baik
Tanaman Yang Baik akan Mengahasilkan Buah yang baik
Buah Yang Baik akan bermanfaat bagi semua orang

Bersambung ke Bagian Dua..

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

Klik Disini

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Sok Pintar Sok Tahu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger